Mengawali karier di industri otomotif
Jika dilihat dari perjalanan kariernya, Anthony mengawali karier bisnisnya di perusahaan otomotif milik keluarganya. Awalnya bisnis tersebut dijalankan oleh ayahnya kemudian diteruskan oleh Anthony.
Anthony menempati posisi sebagai kepala rantai pasok dan pemasaran di PT Tan Chong Group. Perusahaan tersebut bergerak pada industri otomotif, mulai dari perakitan, distribusi, hingga layanan asuransi.
Di sana, ia bertugas mengkoordinasi kegiatan logistik dan menciptakan afinitas merek pada sejumlah merek otomotif yang berada di bawah perusahaan.
Di tahun 2012, Anthony pun mulai merintis bisnisnya sendiri. Bersama dengan teman kuliahnya di Harvard, Tan Hooi Ling, ia mendirikan bisnis transportasi bernama MyTeksi.
Perusahaan tersebut didirikan dari keluhan beberapa temannya yang sulit mencari taksi yang aman dan praktis di Malaysia. Berangkat dari masalah tersebut, keduanya pun mencari solusi dengan memperbaiki sistem transportasi di Malaysia.
Solusi yang mereka tawarkan adalah mendirikan layanan pemesanan taksi berbasis online MyTeksi. Markas utama perusahaan tersebut terletak di Singapura sehingga layanan taksi tersebut tersedia di Malaysia dan Singapura.
MyTeksi pun berubah nama menjadi GrabTaxi. Tidak berselang nama, nama tersebut diganti menjadi Grab agar lebih mudah diingat masyarakat.
SENSASLOT88 Daftar Layanan Limo Mewah | Transportasi Premium
SENSASLOT88 menyediakan daftar layanan limo mewah untuk kebutuhan transportasi premium. Temukan pengalaman perjalanan eksklusif dan terpercaya hanya di SENSASLOT88 website layanan tranportasi terpercaya dan aman.
Diprediksi akan menjadi penawaran ekuitas perdana terbesar sepanjang sejarah di bursa saham Amerika Serikat oleh perusahaan Asia Tenggara
SINGAPURA DAN MENLO PARK, CALIF. – April 13, 2021 – Grab Holdings inc. (“Grab”), superapp terkemuka Asia Tenggara, hari ini mengumumkan rencananya untuk menjadi perusahaan terbuka di Amerika Serikat bekerja sama dengan Altimeter Growth Corp. (Nasdaq: “AGC”), yang diprediksi akan menjadi penawaran ekuitas perdana terbesar sepanjang sejarah di bursa saham Amerika Serikat oleh perusahaan Asia Tenggara. Grab bersama dengan Altimeter Growth Corp merencanakan sahamnya untuk diperdagangkan di NASDAQ dengan simbol “GRAB” dalam jangka waktu beberapa bulan kedepan.
Rencana nilai transaksi yang diprediksi pada valuasi pro-forma ekuitas perdana ini mencapai kurang lebih US$39,6 miliar berdasarkan nilai PIPE yang mencapai lebih dari US$4 miliar dan diprediksi akan memberikan investasi dalam bentuk dana tunai baru ke Grab sampai dengan total US$4,5 miliar. Grab merupakan superapp yang fokus untuk melayani kebutuhan harian dan para wirausahawan. Layanan yang diberikan mencakup transportasi, pengiriman, jasa keuangan dan lain-lain, semua tersedia dalam satu aplikasi.
Anthony Tan, Group CEO dan Co-founder, Grab mengatakan, “Merupakan suatu kebanggaan bagi kami untuk dapat mewakili Asia Tenggara di pasar terbuka global. Langkah ini merupakan pencapaian dari perjalanan kami dalam memberikan akses kepada setiap orang untuk dapat menikmati kemajuan ekonomi digital. Hal ini juga menjadi semakin penting seiring dengan upaya Asia Tenggara untuk pulih dari COVID-19. Pandemi ini menjadi tantangan yang begitu besar bagi kami, namun kami juga belajar untuk menjadikan bisnis kami lebih tangguh. Strategi superapp kami yang terdiversifikasi telah membantu mitra pengemudi kami untuk beralih ke layanan pengiriman, dan mendorong kami untuk mencapai pertumbuhan seraya meningkatkan keuntungan. Seiring dengan langkah kami untuk menjadi perusahaan publik, kami akan terus bekerja lebih keras untuk mendorong pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat, karena ketika Asia Tenggara sukses, maka Grab juga sukses.”
Brad Gerstner, Founder & CEO, Altimeter mengungkapkan, “Sebagai salah satu perusahaan internet terbesar di dunia dengan pertumbuhan terpesat, Grab membuka jalan digital bagi 670 juta masyarakat Asia Tenggara. Kami sangat senang bahwa Grab memilih Altimeter Capital Markets sebagai mitra IPO mereka dan sangat bersemangat untuk bergabung menjadi pemilik-pemilik jangka panjang dari perusahaan yang inovatif dan bermisi besar ini.”
Asia Tenggara merupakan salah satu kekuatan ekonomi dengan perkembangan ekonomi digital terpesat di dunia, dengan populasi yang diperkirakan mencapai dua kali lipat dari total populasi Amerika Serikat. Namun demikian, penetrasi online untuk layanan pesan-antar makanan, transportasi on-demand, dan transaksi elektronik lebih kecil dari Amerika Serikat dan Tiongkok. Dengan segmen utama pada layanan pengantaran, transportasi, dan keuangan, Grab memprediksi total pasarnya yang disasar akan berkembang dari sekitaran US$52 miliar pada tahun 2020 menjadi US$180 miliar pada tahun 2025 nanti.
Grab yakin bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melayani kebutuhan para penggunanya, serta mitra pengemudi, pengiriman dan merchant melalui strategi superapp. Strategi ini menciptakan suatu ekosistem dari layanan yang saling melengkapi untuk menjawab kebutuhan layanan harian dengan tingkat frekuensi yang tinggi, hanya dengan satu aplikasi. Hal ini akan menciptakan efek flywheel yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan, dimana pada saat yang sama juga menurunkan biaya layanan. Ketika lebih banyak layanan yang dihadirkan, maka akan semakin besar juga alasan pengguna untuk menggunakan superapp Grab. Bahkan faktanya, proporsi pengguna Grab yang menggunakan 2 layanan atau lebih telah tumbuh 5 kali lipat dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Seiring dengan berkembangnya daya belanja konsumen, dan meningkatnya peluang pendapatan bagi para mitra merchant dan mitra pengemudi Grab, telah mendorong lebih banyak pihak yang masuk ke dalam ekosistem Grab. Hal ini mengarah pada pilihan yang lebih banyak, nilai tambah yang lebih baik, dan waktu pengiriman yang lebih cepat bagi pengguna, dengan memberikan manfaat jangka panjang kepada para pengguna yang loyal.
Keputusan Grab untuk menjadi perusahaan publik didorong oleh kinerja keuangan yang solid pada tahun 2020, meskipun di tengah ancaman pandemi. Grab mencatatkan GMV sekitar US$12,5 miliar pada tahun 2020, melebihi level sebelum pandemi, dan meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun 2018. Grab juga telah menjadi pemimpin kategori untuk layanan-layanan utamanya di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara, Grab memiliki sekitar 72% total GMV untuk ride-hailing, 50% total GMV untuk layanan pesan-antar makanan, dan 23% Total Payments Volume (TPV) untuk layanan pembayaran dengan dompet digital pada tahun 2020.
Pada saat bersamaan, Grab juga telah mencatatkan kemajuan signifikan untuk menuju profitabilitas, dengan fokus utama yang dititikberatkan pada upaya untuk membangun bisnis yang tangguh serta memberikan pertumbuhan yang berkelanjutan, mencapai positive segment EBITDA pada layanan transportasi di seluruh pasar, dan positive segment EBITDA pada layanan pengantaran di 5 dari 6 negara.
Garis besar rencana transaksi
Perjalanan Grab menjadi perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat difasilitasi oleh gabungan kesepakatan bisnis antara Grab dan Altimeter Growth, perusahaan khusus untuk tujuan akusisi. Berdasarkan rencana transaksi yang diajukan, Altimeter Growth dan Grab bersama-sama akan dimiliki penuh oleh perusahaan induk baru ini. Gabungan perusahaan ini diprediksi akan memiliki valuasi ekuitas berdasarkan pro-forma sekitar US$39,6 miliar.
Pada saat penutupan transaksi, gabungan perusahaan ini diproyeksi akan menerima sebesar US$4,5 miliar dalam bentuk aliran dana tunai dari investasi yang baru masuk, termasuk komitmen penuh dari penawaran PIPE yang lebih dari US$4,0 miliar yang mana ini telah ditingkatkan karena minat investor yang besar. PIPE tersebut dipimpin oleh Altimeter yang berkomitmen US$750 juta, dan peserta lainnya termasuk dari BlackRock, Counterpoint Global (Morgan Stanley Investment Management), dan T.Rowe Price Associates, Inc., termasuk juga Fidelity International, Fidelity Management and Research LLC, Janus Henderson Investors, Mubadala, Nuveen, Permodalan Nasional Berhad dan Temasek. Investor terkemuka dari Indonesia seperti Djarum, Keluarga Sariaatmadja, dan Sinar Mas juga berpartisipasi dalam penawaran PIPE ini.
Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang Altimeter terhadap Grab, Altimeter berkomitmen untuk memegang saham yang dimiliki oleh sponsornya selama tiga tahun, dimana 10% dari saham tersebut akan dimanfaatkan untuk Dana GrabForGood untuk mendukung berbagai program sosial dan lingkungan yang berdampak untuk jangka panjang termasuk pendidikan, dukungan keuangan untuk para mitra Grab dan masyarakat yang kurang beruntung serta isu-isu lingkungan. Dana GrabForGood telah diumumkan minggu lalu dengan nilai dana awal mencapai US$275 juta, termasuk sumbangan pribadi dari Grab Group CEO and co-founder Anthony Tan, bersama dengan co-founder Hooi Ling Tan dan President Ming Maa dengan total mencapai US$25 juta dalam bentuk saham Grab.
Tan menambahkan, “Kami selalu percaya bahwa kemitraan jangka panjang akan mendorong terciptanya dampak yang besar. Kami berkolaborasi erat dengan pemerintah untuk mendukung agenda-agenda nasional mereka, dan telah bermitra dengan sejumlah perusahan blue chip terbaik di dunia. Altimeter berinvestasi dengan prinsip dan nilai yang sama dengan kami. Sebagai contoh, Altimeter berkomitmen untuk memegang saham yang dimiliki oleh sponsornya selama tiga tahun dan juga akan melakukan kontribusi yang besar dari sahamnya untuk dana abadi GrabForGood. Altimeter bersama dengan para investor dan lembaga pengelola investasi ternama lainnya akan bersama kami dalam jangka panjang. Hal ini menjadi bukti dari kepercayaan komunitas investasi global terhadap value proposition strategi superapp Grab dan potensi pertumbuhan Asia Tenggara yang menjanjikan.”
Rencana transaksi-transaksi yang diajukan, dimana telah disetujui oleh boards of directors baik dari Grab maupun Altimeter Growth, diharapkan akan selesai dalam beberapa bulan kedepan, menunggu persetujuan para pemegang saham, dan persyaratan kesepakatan umum lainnya.
Informasi tambahan tersedia di situs Hubungan Investor Grab di www.grab.com/investors, termasuk video presentasi mengenai bisnis Grab dan detail transaksi. Video presentasi akan tersedia pada April 13, 2021 pukul 6.00 pagi Eastern Time. Pembicara termasuk tim manajemen senior Grab, termasuk Anthony Tan, Co-Founder and CEO of Grab, Ming Maa, President of Grab, Peter Oey, CFO of Grab, dan Brad Gerstner, Founder and CEO of Altimeter.
Altimeter Growth juga akan melaporkan Laporan Terkini dalam bentuk Form 8-K, yang akan mencakup salinan dari kesepakatan penggabungan bisnis dan presentasi investor, dengan the Securities and Exchange Commission yang tersedia di www.sec.gov.
Evercore adalah penasehat keuangan utama Grab. J.P Morgan dan Morgan Stanley merupakan co-advisors.
J.P. Morgan and Morgan Stanley adalah placement agents utama, dengan Evercore dan UBS sebagai co-placement agents.
Skadden, Arps, Slate, Meagher & Flom LLP and Hughes Hubbard & Reed LLP adalah penasehat hukum Grab.
Ropes & Gray LLP and Wilmer Cutler Pickering Hale and Dorr LLP adalah penasehat hukum untuk Altimeter.
Cooley LLP adalah penasehat hukum untuk placement agents.
Grab merupakan aplikasi super terkemuka di Asia Tenggara, menyediakan layanan harian yang berarti bagi pelanggan. Saat ini, Grab telah diunduh di jutaan perangkat mobile, memberikan akses pada 9 juta mitra pengemudi, mitra pedagang (merchant) dan agen. Grab menawarkan berbagai layanan on-demand di Asia Tenggara, termasuk solusi mobilitas, pengantaran makanan, paket serta barang belanjaan, mobile payment, dan layanan keuangan di 428 kota di delapan negara.
Altimeter Capital Management, LP adalah firma investasi terkemuka yang berfokus pada teknologi yang dibangun oleh para pendiri untuk para pendiri dengan lebih dari US$15 miliar aset dalam pengelolaannya. Misi Altimeter adalah untuk membantu para wirausaha visioner membangun perusahaan-perusahaan ikonis, men-disrupt pasar dan meningkatkan kehidupan melalui seluruh tahapan pertumbuhan. Altimeter mengelola berbagai jenis ventura dan dana publik serta menjadi mitra ahli jangka panjang bagi perusahaan-perusahaan ketika mereka menjadi perusahaan publik.
Untuk pertanyaan mengenai Grab, silakan menghubungi:
Di Asia: [email protected]
Di Amerika Serikat: [email protected]
Grab: [email protected]
Blueshirt Group: [email protected]
Untuk pertanyaan mengenai Altimeter, silakan menghubungi:
Kontak resmi kantor Grab Indonesia (panggilan hanya bisa dilakukan dari sisi Grab) Konsumen & Mitra Pengemudi: +62 21 23507078 Mitra GrabMerchant: +62 21 80648787 Tim Cepat Tanggap Grab: +62 21 23507077
Untuk menghubungi Grab Support, gunakan panggilan langsung dari menu Pusat Bantuan di aplikasi Grab.
Assuming PT. Bintang Jaya uses an accounting system to record transactions, here's a possible input process for the cement order from PT. Puspa Indah. The specific steps will depend on the accounting software used.
PT. Bintang Jaya creates a purchase order detailing the quantity, type of cement, price, and delivery terms. This PO is sent to PT. Puspa Indah.
Upon delivery, PT. Bintang Jaya verifies the quantity and quality of the cement received, comparing it to the PO. Any discrepancies are noted.
This involves inputting the following information into the accounting software:
Once the payment is made to PT. Puspa Indah, the payment details are recorded in the accounting system, linking it to the purchase transaction. This usually involves specifying the payment method (e.g., bank transfer, check) and the date of payment.
Regularly reconcile the accounts payable (money owed to suppliers) to ensure accuracy and identify any discrepancies.
The input process involves creating a purchase order, receiving and verifying goods, recording the purchase and payment in the accounting system, and finally reconciling accounts. The specific details of input will vary depending on the accounting software used by PT. Bintang Jaya.
GrabCar premium adalah bagian dari layanan GrabforBusiness, menawarkan solusi transportasi yang disesuaikan untuk perusahaan. Layanan premium ini menampilkan kendaraan seperti Innova dan Fortuner, memenuhi kebutuhan perusahaan untuk perjalanan yang nyaman dan aman. GrabforBusiness juga mencakup layanan pengantaran dokumen, Grab Gifts, dan layanan katering.
Dalam persaingan bisnis yang begitu sengit, perusahaan harus menghadirkan produk yang solutif bagi pelanggan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan desain berpikir, atau yang lebih dikenal dengan design thinking. Nyatanya, masih banyak perusahaan di Indonesia yang gagal menerapkan design thinking, dan akibatnya produk yang dihasilkan tidak menjawab masalah yang dihadapi oleh pelanggan. Untuk lebih memahami bagaimana design thinking dapat berhasil, kita dapat belajar dari Grab, perusahaan raksasa dalam industri transportasi yang telah berhasil mendisrupsi pasar dengan pendekatan ini.
Grab merupakan salah satu perusahaan teknologi yang berbasis di Asia Tenggara dan beroperasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Grab awalnya berdiri pada tahun 2012 di Malaysia sebagai layanan pemesanan taksi secara online. Namun, perusahaan ini tidak hanya berhenti pada itu saja. Grab terus berkembang dan berevolusi menjadi platform yang menyediakan berbagai layanan transportasi dan logistik, seperti ojek online, pemesanan makanan, pengiriman barang, dan banyak lagi.
Kisah sukses Grab dimulai pada tahun 2011-2012, ketika para pendiri Grab menyadari bahwa banyak orang, terutama wanita, sering mengalami pengalaman buruk saat naik taksi di malam hari. Hal ini merupakan masalah nyata yang dihadapi oleh banyak orang, dan Grab melihat peluang untuk mengatasinya. Inilah awal dari penerapan design thinking oleh Grab.
Design thinking dimulai dengan empati, yakni memahami masalah pelanggan. Grab memulai dengan menggali lebih dalam mengenai masalah yang dihadapi oleh para penumpang wanita saat naik taksi di malam hari. Mereka berbicara dengan penumpang, mengumpulkan data, dan mendengarkan cerita pengalaman buruk yang pernah dialami. Dengan pemahaman yang mendalam tentang masalah tersebut, Grab dapat merumuskan solusi yang tepat.
Selanjutnya, Grab mengembangkan Minimum Viable Product (MVP), sebuah produk yang memberikan nilai kepada pelanggan. Dalam hal ini, Grab menciptakan platform untuk memesan taksi dengan sopir terverifikasi dan dapat dilacak secara real-time. Tujuan utama adalah memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada penumpang wanita, serta meningkatkan kualitas layanan secara keseluruhan.
Pada tahap prototipe, Grab mengeksplorasi solusi-solusi yang diusulkan. Mereka menguji berbagai konsep dan desain, serta melakukan iterasi berulang kali untuk memastikan bahwa solusi yang dihasilkan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Dalam hal ini, Grab memilih untuk menggunakan aplikasi seluler sebagai platform utama, mengingat tingginya penetrasi penggunaan internet di Asia Tenggara.
Setelah proses prototipe selesai, Grab melanjutkan ke tahap pengujian dengan memvalidasi produk yang telah mereka kembangkan. Mereka mengukur kinerja bisnis, mengembangkan produk secara iteratif, dan terus menerima umpan balik dari pengguna. Dalam proses ini, Grab berfokus pada peningkatan pengalaman pengguna dan mengoptimalkan solusi yang mereka tawarkan.
Melalui pendekatan design thinking, Grab berhasil menciptakan aplikasi yang merevolusi pengalaman transportasi di Asia Tenggara. Dengan mengutamakan empati terhadap masalah pelanggan, menciptakan solusi yang memberikan nilai tambah, dan melibatkan pengguna dalam proses pengembangan, Grab berhasil meraih kesuksesan yang luar biasa.
Desain berpikir tidak hanya membantu Grab untuk menciptakan aplikasi yang sukses, tetapi juga menjadi fondasi bagi inovasi terus-menerus perusahaan. Grab terus melakukan riset, berkolaborasi dengan berbagai pihak, dan menggali lebih dalam kebutuhan pelanggan untuk menghadirkan solusi yang relevan dan terbaik. Hal ini menjadikan Grab sebagai pemain utama dalam industri transportasi di Asia Tenggara.
Penerapan design thinking oleh Grab memberikan pelajaran berharga bagi perusahaan lain, terutama di Indonesia, yang ingin mencapai kesuksesan dalam industri yang kompetitif. Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat memahami secara mendalam masalah yang dihadapi oleh pelanggan, menciptakan solusi yang relevan, dan berinovasi secara terus-menerus untuk menjawab perubahan kebutuhan pasar.
Belum pernah menciptakan inovasi dengan design thinking dan ingin praktik langsung? Ikuti Design Thinking eXpress yang diselenggarakan oleh CIAS. Design Thinking eXpress adalah workshop selama 7 jam dengan kegiatan belajar langsung untuk membantu karyawan mempelajari dan mengalami proses inovasi menggunakan pendekatan Design Thinking.
Pengalaman langsung dalam menciptakan inovasi gaya Silicon Valley, secara cepat dan efektif. Pelajari empati pelanggan, definisikan masalah, temukan solusi alternatif, prototipe, dan uji solusi.
Nantinya, peserta dibagi menjadi beberapa tim. Setiap tim difasilitasi oleh seorang facilitator dari CIAS. Tim akan menghadapi masalah-masalah spesifik dari pelanggan nyata dan harus menyajikan solusi nyata menggunakan pendekatan Design Thinking. Ini adalah pengalaman belajar yang cepat, eksperimental, dan tanpa basa-basi. Daftarkan diri dan tim Anda disini.
Brown, T. (2008). Design thinking. Harvard Business Review, 86(6), 84-92.
Plattner, H., Meinel, C., & Leifer, L. (Eds.). (2011). Design thinking: Understand–improve–apply. Springer Science & Business Media.
Liedtka, J., & Ogilvie, T. (2011). Designing for growth: A design thinking toolkit for managers. Columbia University Press.
Kolko, J. (2015). Design thinking comes of age. Harvard Business Review, 93(9), 66-71.
Tschimmel, K. (2012). Design thinking as an effective toolkit for innovation. In Proceedings of the XXIII ISPIM Conference: Action for Innovation: Innovating from Experience (pp. 1-12).
Grab merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi online terbesar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Lewat layanan yang diberikan, pengguna bisa memesan transportasi lebih mudah dan praktis.
Beberapa produk yang mungkin sudah tidak asing terdengar, seperti GrabBike, GrabCar, hingga GrabFood menjadi andalan masyarakat.
Di balik kesuksesan Grab, terdapat sosok yang berhasil membawa perusahaan satu ini meraih keberhasilan dan menjadikannya terdepan di industri transportasi online.
Ingin tahu, siapa pemilik Grab? Berikut profil lengkapnya yang menarik untuk diketahui.
Pertanyaan mengenai siapa pemilik Grab seringkali muncul ketika membahas perusahaan penyedia jasa transportasi satu ini. Diketahui pemiliknya adalah Anthony Tan.
Ia adalah seorang pengusaha asal Singapura yang menjabat sebagai CEO dari perusahaan penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi ini.
Lahir di keluarga pengusaha, Anthony ternyata seorang konglomerat dan sudah familier di dunia bisnis. Lewat latar belakangnya tersebut, pengusaha ini mewarisi jiwa pebisnis dari keluarganya.
Setelah lulus sekolah, ia melanjutkan studinya pada jurusan Ekonomi dan Kebijakan Publik di University of Chicago. Kemudian, ia mengambil Magister Administrasi Bisnis di Harvard University.
Grab berkembang pesat
Dari usaha yang dikembangkan Anthony, Grab menjadi perusahaan layanan transportasi berbasis digital terdepan di Asia Tenggara.
Perusahaan tersebut juga telah melebarkan sayapnya dengan menyediakan layanan taksi mobil, motor, pengiriman, dan pengembangan perangkat lunak.
Investornya juga berasal dari berbagai perusahaan, mulai dari Softbank, Didi Chuxing, dan Toyota.
Di bulan April 2021, Anthony juga mengumumkan pencatatan Grab di Amerika Serikat dengan menghubungkan perusahaan dengan perusahaan akuisisi.
Di bawah kepemimpinan, Grab telah menerima pengakuan global atas inovasi dan pengaruh positif. Perusahaan ini berhasil masuk ke dalam jajaran perusahaan paling inovatif versi Fast Company di tahun 2023 dengan menduduki posisi kedua.
Hampir sebagian besar kekayaan Anthony Tan berasal dari bisnis transportasi dan perangkat lunak seluler. Dilansir situs Forbes, Anthony tercatat memiliki total kekayaan sebesar 790 juta dolar AS per Oktober 2021.
Dengan total kekayaan yang dimilikinya, ia berhasil mencatatkan namanya dalam daftar orang terkaya di Malaysia pada tahun 2019 dengan menduduki posisi 38.
Di tahun 2021, Anthony sukses masuk ke dalam daftar orang terkaya di Singapura dengan menempati posisi ke-47.
Itulah informasi terkait siapa pemilik Grab yang ternyata adalah Anthony Tan yang kini menjabat sebagai Group CEO dan Co-Founder. Semoga bermanfaat!
Grab[6] (sebelumnya dikenal sebagai GrabTaxi) merupakan salah satu platform layanan on demand asal Singapura yang bermarkas di Singapura. Berawal dari layanan transportasi, perusahaan tersebut kini telah mempunyai layanan lain seperti pengantaran makanan dan pembayaran yang bisa diakses lewat aplikasi mobile.
Pada awalnya, Grab didirikan oleh bos Singapura, yang sempat didirikan di Malaysia yang sebelum akhirnya memindahkan kantor pusat mereka ke asal negaranya yaitu Singapura. Saat ini, Grab telah beroperasi di Asia Tenggara (kecuali Laos dan Brunei).[7] Grab merupakan startup "decacorn" (sebutan untuk startup yang memiliki valuasi perusahaan sebesar US$10 miliar) pertama di Asia Tenggara.[8]
Di Indonesia, Grab melayani pemesanan kendaraan seperti ojek (GrabBike)[9], mobil (GrabCar), taksi (GrabTaksi), kurir (GrabExpress), pesan-antar makanan (GrabFood), dan carpooling (GrabHitch Car). Saat ini Grab tersedia di 125 kota di seluruh Indonesia, mulai dari Banda Aceh - Aceh hingga Jayapura - Papua .[10]
Perjalanan Grab menuju status Decacorn (startup dengan valuasi 10 miliar dollar AS atau lebih), dimulai ketika mereka mendapat pendanaan Seri A senilai lebih dari 10 juta dollar AS dari Vertex Venture Holdings, salah satu anak perusahaan Temasek Holdings asal Singapura, pada April 2014.
Memasuki Mei 2014, Grab mengantongi pendanaan Seri B senilai 15 juta dollar AS dari GGV Capital, perusahaan permodalan asal Tiongkok.
Oktober 2014, Grab mengamankan pendanaan Seri C dari Tiger Global, sebuah perusahaan berbasis Amerika Serikat, GGV Capital, dan Venture Vertrex. Totalnya mencapai US$65 juta.
Desember 2014 atau kurang lebih dua bulan berselang, pendanaan Seri D dikucurkan oleh Softbank Corp. Bernilai tak kurang dari US$250 juta, Grab mengklaim ini sebagai investasi terbesar untuk sebuah perusahaan Asia Tenggara yang tercatat secara publik.
Butuh waktu kurang lebih delapan bulan sebelum Grab akhirnya mendapat pendanaan Seri E dari Didi Chuxing dan China Investment Corporation pada Agustus 2015. Nilainya dilaporkan mencapai US$350 juta.
Setahun berselang, tepatnya pada September 2016, Grab dikabarkan sukses mengamankan pendanaan Seri F senilai US$750 juta dari Softbank, Didi, dan Honda.
Agustus 2017, Softbank, dan Didi, plus Toyota, mengucurkan pendanaan Seri G pada Grab. Nilainya disebut-sebut mencapai US$2,5 miliar.[11]
Memasuki Oktober 2018, Grab kembali mendapat pendanaan. Booking Holdings, sebelumnya bernama Priceline, memberikan pendanaan ekstra senilai US$200 juta.
Desember 2018 silam, Grab mengumumkan rencana mereka untuk mengamankan pendanaan Seri H. Target yang dipatok kabarnya tak kurang dari US$6,5 miliar.
Pada 2015, Grab Taxi membuka fasilitas penelitian dan pengembangan di distrik bisnis Singapura. Dengan nilai mencapai US$100 juta, fasilitas ini menjadi rumah bagi 200 data engineer dan scientist.
Beberapa tenaga ahli didatangkan untuk mendukung perkembangan fasilitas ini. Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah Wei Zhu. Mantan engineer Facebook dan kreator Facebook Connect tersebut menjadi bagian dari Grab usai meninggalkan perusahaan besutan Mark Zuckerberg pada Agustus 2015.
Langkah Grab dalam mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan ini mengindikasikan bahwa strategi pengembangan perusahaan tak hanya berpusat pada layanan yang sudah ada. Mereka sadar akan pentingnya menelurkan inovasi baru, pengembangan aplikasi, layanan baru, dan manajemen staff.
Memasuki 2016, Grab memutuskan membuka fasilitas pengembangan dan kantor di Seattle, Amerika Serikat. Langkah ini diambil untuk memastikan agar perusahaan tak ketinggalan segala perkembangan terkini di negeri Paman Sam, sekaligus membuka peluang merekrut tenaga ahli dari sana.
Tak sedikit media yang 'curiga' Grab bakal segera meluncurkan di kawasan Amerika Utara. Namun dugaan tersebut langsung dibantah lewat pernyataan resmi perusahaan. Disebutkan bahwa saat ini fokus sedang diarahkan untuk mengakuisisi sebanyak mungkin pengguna di kawasan Asia.
Pada Mei 2019, Grab melakukan uji coba layanan peminjaman skuter elektris GrabWheels di BSD City.[12] Layanan ini kemudian diperluas hingga ke Bandara Soekarno Hatta[13] dan daerah Jakarta Pusat.[14] Meski demikian, Pemda DKI Jakarta melarang skuter elektris beroperasi usai tewasnya pengguna GrabWheels.[15]
Aksi bisnis Grab lainnya yang tak kalah menarik perhatian adalah keputusan mengakuisisi Uber pada 26 Maret 2018. Banyak pihak mengklaim ini sebagai salah satu kesepakatan terbesar di Asia Tenggara.
Sebagai imbas dari pencaplokan tersebut, Uber kini memiliki 27,5 persen saham Grab. Tak hanya itu, CEO mereka, Dara Khosrowshahi, juga bergabung dengan jajaran top management Grab. Beberapa layanan serupa seperti Uber Eats dan Grab Food, disatukan.
yang sedang/pernah/akan beroperasi di Indonesia
Hanya berisi nama-nama ojek daring yang sudah dikenal/notable di Indonesia.